“ASESMEN NASIONAL ERAT KAITANNYA DENGAN MERDEKA BELAJAR” ACARA NOBAR KGBN KOTA MEDAN

WhatsApp Image 2021-04-20 at 10.36.42

  Sabtu, 6 Maret 2021 Komunitas Guru Belajar Medan mengadakan Nonton Bareng “ Asesmen Nasional Erat Kaitannya dengan Merdeka Belajar” yang diselenggarakan secara online via zoom meeting pada pukul 19.30 WIB sampai dengan pukul 22.10 WIB. Acara nobar ini dihadiri lebih dari 50 guru dari berbagai daerah.  Selain itu acara ini juga di hadiri oleh perwakilan KGBN Binjai yaitu bu Lisda Megasari, bu Ade Setiawati dari KGBN medan sebagai pembicara.

   Nando Rumahorbo sebagai koordinator  acara membuka acara nonton bareng dengan memberitahukan tema acara yaitu “Asesmen Nasional Erat Kaitannya dengan Merdeka Belajar” kemudian Putrina Sidabutar sebagai moderator memulai acara dengan mengajak guru-guru bernyanyi lagu kebangsaan “Indonesia Raya” sebagai tanda penghormatan kepada Negara dan mengajak para guru untuk berdoa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing guru.

   Bapak Nadiem Makarim selaku Menteri pendidikan sering menggaungkan mengenai merdeka belajar, Nadiem mengharapkan guru-guru merdeka mengajar sehingga mampu mengalirkan ke murid semangat merdeka belajar. Berdasarkan semangat tersebut Putrina Sidabutar membuka sesi tanya jawab  mengenai pandangan para guru mengenai “apa itu merdeka belajar?”  sebelum memulai menonton video merdeka belajar. Pak Liberty salah satu guru di kota siantar menjawab Merdeka belajar adalah bebas dari penjajahan, bebas dari segala tuntutan, kemudian pak Harianja salah satu guru SMP Cinta Budaya/Chong Wen menjawab bahwa merdeka belajar adalah bebas dari belenggu, bebas berkreasi, dimanapun bisa belajar, semua bisa dipelajari, semua bisa jadi guru dan murid. Kemudian bu Saripah menambahkan bahwa merdeka belajar adalah kebebasan diberikan kepada peserta didik seperti kebebasan dalam memberikan argument dan kebebasan berkreasi selanjutnya bu Fitriani menambahkan pendapat bahwa merdeka belajar adalah siswa dibebaskan atau diikutsertakan dalam membuat peraturan, cara dan penilaian pembelajaran.  

   Setelah sesi tanya jawab, acara dilanjutkan ke acara inti yaitu Nobar video Merdeka Belajar oleh Najelaa Shihab. Najelaa Shihab selaku Pendiri Kampus Cikal dan Inisiator Kegiatan Guru Belajar memaparkan apa itu Merdeka Belajar. Najelaa Shihab memulai pemaparannya dengan menyebutkan bahwa dasar pemikiran dari merdeka belajar yaitu anak-anak. Ia mengatakan bahwa sebagian besar anak-anak Indonesia dunianya hanya sebatas ruang kelas dan mimpinya hanya terbatas tingginya tangan untuk menjawab pertanyaan gurunya, yang kita inginkan anak-anak mempunyai aspirasi tinggi dan cita-cita yang melampaui langit, melampaui batas ruang kelas dan melampaui batas dunianya dan ini akan terjadi jika anak-anak memiliki kemerdekaan belajar. Tapi merdeka belajar pada murid hanya bisa tercapai jika guru juga memiliki kemerdekaaan. Kemudian  Najelaa juga menambahkan bahwa untuk mencapai merdeka belajar tidak mudah karena merdeka belajar bukan sesuatu yang diberikan tetapi sesuatu yang digerakkan.

   Dalam video tersebut juga dijelaskan, dalam Komunitas Guru Belajar, Pendidik yang merdeka adalah pendidik yang memahami dan terus melaksanakan 3 esensi dalam pendidikan yaitu komitmen pada tujuan, mandiri, serta refleksi. Kemudian Najelaa menambahkan ketiga hal ini sulit untuk dicapai, dimana ketika membicarakan komitmen yaitu sulitnya konsisten terhadap tujuan, sulit membedakan cara dengan tujuan, terjebak dalam tugas administrasi dan terjebak ketentuan birokrasi sehingga cara menjadi prioritas utama bahkan lebih tinggi dari tujuan pendidikan nasional atau tujuan kita kenapa memilih menjadi pendidik, kemudian untuk mencapai kemandirian banyak tingkatan harus kita capai untuk mencapai puncak tertinggi yaitu mandiri seperti manipulasi, kesadaran, interaksi/dialog, masukan/konsultasi, kemitraan, pemberdayaan dan mampu mengendalikan proses pembelajaran. Najelaa juga menjelaskan bahwa refleksi mudah dikatakan tetapi sulit dilaksanakan. Banyak ketakutan dari diri sendiri untuk melakukan perubahan yang sering kali dijadikan alasan karena banyak sekali diantara kita menutup mata untuk melakukan refleksi.

   Dalam video tersebut Najelaa Shihab juga memaparkan mengenai miskonsepsi proses guru belajar, seperti 1) Guru mau belajar jika ada insentif dan sertifikat namun kenyataanya guru belajar merupakan kebutuhan alamiah, 2) Guru hanya bisa belajar dari para ahli, namun nyatanya pembelajaran paling ampuh adalah apabila guru belajar dari sesama rekan guru, 3) Guru cukup belajar cara “how to”, namun nyatanya guru perlu belajar tujuan dalam konteks “why”, 4) Guru diburu target yang dipaksakan, padahal nyatanya guru perlu waktu untuk belajar, 5) Kompetensi bersifat individu sehingga banyak yang mejadikan guru kunci pendidikan dimana guru adalah input yang harus menghasilkan output yang bagus, nyatanya  kompetensi tumbuh bersama lingkungan.

   Najelaa Shihab melanjutkan penjelasannya di video mengenai mimpi komunitas guru belajar adalah membalik piramida pendidikan di Indonesia dimana pertanyaan awalnya yaitu apa yang harus dilakukan masyarakat untuk mensukseskan program pemerintah menjadi apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menguatkan praktik baik dari masyarakat? kemudian Najelaa Shihab juga menambahkan “Mudah-mudahan mimpi komunitas guru belajar tidak jauh dengan mimpi pendidik”. Kemudian Najelaa menutup acara dengan mengatakan bahwa ditemu pendidik kita memiliki peran yang berbeda, tapi dengan perbedaan ini kita membuat jaring pengetahuan dan jaring emosional yang membuktikan demokrasi pendidikan dan saling sepakat untuk memerdekakan diri sendiri. Itulah esensi merdeka belajar, bahwa kita dan apa yang kita lakukan adalah yang kita nanti-nantikan. jadi kita tidak perlu menunggu siapapun untuk merdeka belajar.

   Setelah nobar bu Putri selaku moderator mengajak guru-guru melakukan refleksi  terhadap video Merdeka Belajar yang telah disaksikan bersama dengan menanyakan beberapa pertanyaan diantaranya tentang miskonsepsi guru belajar, ciri guru merdeka, dan juga praktik merdeka belajar yang sudah dilakukan oleh para pendidik yang hadir pada acara Nobar tersebut.

   Bu Hotmin Turnip dari Guru SMP N 30 Medan dengan antusias membagikan pengalamannya mengenai miskonsepsi yang sering dilakukan oleh bu Hotmin yaitu jika mau belajar cari ahli dulu, jikalau katanya sudah jadi tutor, udah berpengalaman maka akan berlomba ikut belajar disana, Bu Putrina menanggapi pernyataan bu Hotmin dengan mengatakan bahwa kita selalu merasa bahwa kita bukanlah ahlinya anak-anak padahal kita ahli yang sebenarnya. Hanya saja kita perlu diskusi dan saling berbagi pengalaman bagaimana menjadi seorang guru. Kemudian tambahan tanggapan dari Bu Jesika Ginting salah satu guru dari daerah Tanah Karo yaitu karena adanya pemikiran bahwa belajar itu harus dari ahli menyebabkan kita tidak percaya diri meluruskan sesuatu yang salah di kehidupan kita, dengan pemikiran bahwa kita bukan ahlinya. Sehingga muncul ketakutan akan respon negatif dari orang-orang sekitar. Pak Sugi juga membagikan pengalaman miskonsepsi yang dialaminya yaitu seorang guru harus mampu belajar cepat, padahal belajar itu butuh waktu dan waktu setiap orang itu berbeda-beda. “Karna memang guru-guru ni kan disuruh belajar cepat, kurikulumnya bolak-balik ganti disuruh belajar cepat, teknologi juga harus cepat-cepat sekarang. Padahalkan kita butuh juga proses belajar. Misalnya anak kelas 4 SD sekarang dengan anak kelas 4 SD yang akan datang orangnya berbeda tetapi dianggap kurikulum sama, nah ini butuh pembelajaran kepada kita mengatasi kondisi riil anak-anak dilapangan” tambah Pak Sugi.       

   “Fokus tujuan guru adalah anak dan harapannya anak dapat berkelanjutan, ya jadi kita itu komitmen nya fokus pada tujuan. Tujuannya apa?yaitu memberikan pembelajaran yang bermakna kepada anak. Jadi kita tentunya sebagai guru itu harus melihat profil awal anak. Kita kan harus mengetahui kekuatan dan kebutuhan anak. Nah setelah itu kita bisa mencari cara untuk memfasilitasi anak tersebut dalam proses pembelajarannya. Semisal guru salah cara, maka kita harus berani merefleksikan diri. Nanti kita bisa mencoba cara lain lagi. Terus berefleksi dan selalu mencari cara” tambah bu Asna salah satu guru di Rembang, Jawa tengah. Bu Fitriani salah satu guru di Nias Selatan juga sangat setuju terhadap pernyataan bu Asna dan memberi tanggapan bahwa kita guru harus mempunyai komitmen untuk mencapai tujuan dan refleksi harus dilaksanakan untuk mengukur tingkat perkembangan siswa sebelum dan sesudah mendapatkan materi tersebut.

   Setelah menonton dan melakukan refleksi, bu Putrina memberikan pertanyaan “Apakah anda ingin menjadi guru merdeka belajar? apa alasannya?” Para peserta Nobar dengan semangat memberikan tanggapan, salah satunya pak harianja memberikan tanggapan bahwa pak harianja tentu saja mau, karna di era ini sudah menjadi tuntutan harus menjadi guru merdeka belajar, mengupgrade diri setiap waktu, bagaimana kita bekali diri kita dengan ilmu yang banyak dan guru merdeka belajar ini memberikan keleluasaan terhadap guru. Bu Jesika Hutapea juga memberikan tanggapan bahwa sebenarnya kita tidak dalam kondisi memilih tetapi itu sudah tanggung jawab kita sebagai guru merdeka belajar. Kita ini guru-guru produk masa lampau sementara kita diminta membawa anak-anak kita ke masa depan, masa yang belum kita jalani. Era kita dengan era anak-anak didik kita berbeda. Sebagai seorang guru jika ditanyakan mau nggak jadi guru merdeka? semua orang seharusnya jawab iya. Karena kita pendidik, kita lah yang akan memberikan perubahan. Dan perubahan apa yang sudah saya lakukan dikelas, ada banyak, di papua saya rasa kami sudah melakukan perubahan itu.Dimana kita selalu belajar untuk memberikan sesuatu yang baru untuk anak-anak yang ada di papua. Alat kita tidak lagi spidol dan papan tulis, alat kita sudah canggih, sudah menggunakan media belajar seperti sosial media. Jangan takut dan jangan menutup diri pada perubahan.

   Selain kegiatan NOBAR, acara ini juga diisi pendalaman materi mengenai apa itu guru merdeka yang dibawakan oleh bu Ade Setiayawati dari SD Prestige School. Bergabungnya kita ke komunitas guru belajar sangat menyenangkan dan membantu. Kita bisa saling sharing dan menanyakan pendapat mengenai situasi di kelas kita sehingga kita memiliki banyak perspektif dan solusi untuk memecahkan masalah dalam kelas. Kita tidak sendiri lagi dan kita dapat berinteraksi dengan sesame pendidik yang lain dari berbagai daerah. Bu Ade melanjutkan dengan dengan spirit kemerdekaan dimana merdeka belajar adalah konsep pendidikan yang dicetuskan pertama kali oleh Ki Hajar Dewantara. Dimana inisiator  KGB yaitu Ibu Ela (Najeela Shihab). Dimana ada 3 Dimensi Merdeka belajar yaitu komitmen terhadap tujuan, mandiri terhadap cara dan mampu melakukan refleksi, dimana ketiga ini sudah dijelaskan secara detail di NOBAR. Kemudian pendalaman materi asesmen nasional dibawakan oleh Bu Lisda Megasari dari KGB Binjai. Sebelum memulai pendalaman materi, bu ega terlebih dahulu bertanya mengenai kaitan asesmen nasional dengan merdeka belajar kepada peserta zoom. Bu Putri memberikan tanggapan bahwa Asesmen adalah senjata kita untuk melakukan merdeka belajar. “Hasil asesmen nasional akan digunakan untuk memperbaiki cara belajar”, tambah bu Hotmin.

   Bu Ega memulai penjelasan mengenai asesmen dengan memberikan hasil PISA tahun 2018 yang membuktikan bahwa kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan menengah kurang memadai. Dengan data 70% siswa memiliki kemampuan literasi membaca dibawah minimum, 71% dibawah kompetensi minimum untuk matematika dan  60% dibawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Bu Ega juga menambahkan bahwa adanya perubahan yang signifikan menyebabkan materi yang bersifat hafalan juga dapat berubah oleh sebab itu yang perlu diajarkan mengenai kemampuan belajar dimana dengan memilki kemampuan belajar diharapkan memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan teknologi informasi, dan kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi terhadap masyarakat.

   Kompetensi siswa dapat diukur dengan asesmen nasional berdasarkan tiga hal yaitu Asesmen Kompetensi minimum (AKM), Survey Karakter, Survey Lingkungan Belajar. Jadi bukan hanya murid yang di uji,tetapi guru, kepala sekolah, lingkungan sekolah dan fasilitas juga di uji. Tahap akhir dari asesmen nasional yaitu untuk mengetahui asesmen literasi membaca dan asesmen numerasi. Dan asesmen nasional di berikan kepada kelas V SD, VIII SMP dan XI SMA agar kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki kompetensi siswa. Bu Ega menutup pembahasan mengenai asesmen nasional dengan “ Literasi membaca dan numerasi bukan hanya pelajaran bahasa Indonesia dan matematika, ini bicara tentang kompetensi siswa. Kita dapat mengajarkan IPS dengan literasi dan numerasi. Jika hanya menjelaskan konten, guru dapat digantikan. Tetapi ketika guru dapat mendidik, mengajarkan dengan mengarah pada kompetensi siswa guru tidak dapat digantikan. Dan demikian juga yang diinginkan oleh guru merdeka belajar adalah pembelajaran yang berbasis kompetensi siswa dan asesmen nasional akan mengukur sejauh mana kompetensi siswa.

Artikel terkait

Admin

Nando Rumahorbo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *