Generasi Emas
karya Fetoacia Tania (IX-H) dan Albert Rusli (IX-G)
Kutelusuri jalan setapak
Menghadap kanan kiri dengan penuh harapan
Menatap lurus dengan batin tertekan
Manakah cahaya yang selama ini kugenggam?
Waktu ini terus berjalan
Membawaku ke gua gulita
Dengan berat langkahku berjalan
Bagaikan takdir yang telah dipaparkan
Melihat semua kejadian ini
Jiwa raga seakan tidak menerimanya
Sungguh berat untukku menjalaninya
Namun…
Hati ini mendadak bertanya
Jika aku memang benar-benar pemuda harapan
Apakah benar kuanggap ini merupakan takdir selamanya?
Seakan dunia ini dipenuhi dengan rasa hampa begitu saja
Pasrah, pasrah, dan pasrah
Hingga tergeletak……
Ku terbangun dengan membuka pelupuk secara perlahan
Berdiri dan berjalan ke arah yang tidak menentu
Arah itu menunjukkan ke peristiwa yang dipenuhi darah suci
Jiwa raga orang yang semakin banyak berjatuhan
Pahlawan yang bersikeras melawan penjajah berteriak, “Maju… Maju ….Maju! Lawan penjajah!”
Melihat peristiwa dengan mata telanjang
Seolah aku tidak mau melihatnya lagi
Mataku terpejam rapat
Sampai akhirnya aku merasa ada sesuatu yang bersinar
Tetapi entah mengapa sangatlah sulit untuk membuka kembali pelupuk ini
Secara tiba-tiba terdengar teriak keras dari seseorang
“HEI PEMUDA EMAS!”
Batin ini serasa terangkat
Pikiran ini serasa tersadarkan
Tubuh ini serasa ternetralkan
Secara perlahan pelupuk ini terbuka dengan sendirinya
Penglihatan menjadi bening bagaikan kaca yang bersinar
Seketika badan ini terangkat ke atas
“HEI SADARLAH!”
Sautan ini kembali berdengung di telinga
Membuatku sadar bagaikan terbangun dari alam mimpi
Melihat alam semesta ini, membuatku bergumam
Inikah yang dinamakan takdir tidak selamanya mengikuti?
Kau adalah anak remaja
Kau adalah anak pelajar
Kau adalah pemuda pemudi Indonesia
Kau adalah generasi masa depan Indonesia
Kau adalah satu dari miliaran orang di dunia
Bagaikan MTK yang harus mengerjakan soal-soal yang sulit untuk mendapatkan sebuah hasil
Sama halnya seperti melewati rintangan yang ada di depanmu saat ini
Berbagai trofi yang bisa kau dapatkan
Berbagai prestasi yang engkau capai
Berbagai cita-cita yang bisa engkau gapai
Sejuta impian sudah menunggumu di depan dirimu
Namun, kita hanya punya satu visi misi kita
Yaitu tekad dirimu
Pahlawan
karya Fiorelia Priscilla (IX-G)
Mengapa engkau lepaskan
begitu saja hidupmu?
Guna apakah pemberian
nyawamu demi negara sesal ini?
Sungkan aku memahami diantara perjuanganmu.
Apakah sejujurnya,
engkau menyerah pada hidup maka kau buangkan begitu saja di medan perang?
atau…
Engkau hanya sekilas
memperjuangkan karena keadaan?
Saya takkan pernah mengucapkan terima kasih,
sebab perjuanganmu…
membuahi hasil paling sia-sia
Harapan Negeri
karya Albert (IX-G)
Harapan….
Telah musnah di negeri kita
Tidak ada lagi harapan untuk merdeka
Beliau telah gugur
Cairan merah suci bercucuran dimana-mana sampai tanah menjadi saksi-Nya
Tetapi,
mukjizat berkehendak lain….
Entah bagaimana jiwa raga-Nya hidup dan bangkit dengan semangat yang berkobar
Apa yang telah dibisikkan mukjizat kepada beliau di dalam batin-Nya?
Rahasia apa yang tersirat di antara mereka?
Sungguh perjuangan yang sungguh berarti
Kini,
Segala harapan merdeka berjaya kembali
Dan sudah saatnya…..
“INDONESIA MERDEKA”
Jasamu Pahlawanku
karya Chelva Yap (IX-E)
Indonesia negara perjuanganmu
Bagai pohon yang tumbuh perkasa sesuai harapanmu
Walau di saat ini tak ada lagi bayanganmu
Tetaplah hadir kenangan hasil karyamu bagi negerimu
Tumpah meluap semua semangatmu
Telah mengalir ke seluruh tanah airmu
memasuki jiwa dan raga anak cucu negerimu
Kami akan selalu mewariskan semua semangat juangmu
Darahku mengingatkan semua penderitaanmu
Keringatku mengingatkan semua usahamu
Air mataku mengingatkan semua pengorbaronmu
Di negeri ini akan kukenang selalu jasamu pahlawanku
Pahlawan
karya Aireen Vierlie (VIII-G)
Oh pahlawan
Sungguh berjasa kamu kepada negeri
Perjuangan mu di medan perang
Darahmu yang banyak bercucuran
Demi negeri tercinta
Oh pahlawan
Berkat pengorbananmu
Tanah air telah kau rebut kembali
Telah direbut kemerdekaan yang seharusnya milik kita
Oh Pahlawan
Karenamu pahlawanku
Indonesia telah masuk ke zaman yang merdeka
Damai seketika Ibu Pertiwi kita
Perjuanganmu
karya Felicia Yangdy (IX-G)
Kepada Pahlawan…
Tiada lelah engkau mengabdi pada negara
Dengan setiap langkahmu yang diikuti semangat membara
Dengan setiap keringat usahamu yang menetes di medan perang
Demi bangsamu …
Engkau rela berjuang
Walau diselimuti rasa gugup sekalipun
Engkau tetap maju dengan semangat
Bambu runcing dan senapan
Menjadi sahabat dan saksi bisu juangmu
Oh wahai Pahlawan…
Ku ucapkan terima kasih atas juangmu
Pahlawan
karya Zeco Cruszeiro Henson
Engkau yang berjuang mati matian
Demi kemerdekaan suatu negara
Engkau rela ditusuk berkali-kali
Sampai darah pun berceceran dimana-mana
Disaat orang lain menahan rasa lapar
Disaat itu juga engkau menahan rasa sakit dan juga lapar
Disaat orang lain menderita
Engkau juga yang rela berkorban untuk mereka
Entah apa yang ada dipikiranmu
Sehingga rela berkorban untuk mereka
Terima kasih pahlawanku
Jasamu akan selalu ku kenang
Oh Pahlawanku
karya Dhini (IX-F)
Pejuang kemerdekaan
Pejuang keadilan
Demi Negerimu ini
Engkau rela mengorbankan jiwamu
Merelakan segala yang engkau miliki
Demi orang-orang yang engkau lindungi
Tanpa rasa takut
Engkau terus melangkah
Dengan kaki telanjang engkau berlari
Melawan penjajah dengan bambu runcing
Tak kenal lelah engkau berjuang
Hingga titik darah penghabisan
Oh pahlawanku
Terimakasih atas jasamu
Tanpa perjuangan dari dirimu
Tak akan pernah kami rasakan nikmat kemerdekaan
Kita Adalah Pahlawan untuk Diri Sendiri
karya Florencia Melanie Nauli (VIII-G)
Pahlawan? Apa itu pahlawan?
Pahlawan adalah pejuang yang gagah dan berani…
Dulu pahlawan adalah orang yang memperjuangkan Indonesia…
Membawa Indonesia kegerbang kemerdekaan
Maka sekarang siapa pahlawan kita?
Pahlawan yang akan membuat kita selewati tembok penghalang..
Pahlawan yang akan melakukan seluruh kewajiban kita..
Pahlawan yang berteriak “Kau bisa! Kau mampu!”
Pahlawan itu adalah kita sendiri…
Kita sendiri yang akan berusaha melewati tembok penghalang
Kita sendiri yang akan menyelamatkan kita..
Kita sendiri yang akan memberi semangat untuk diri sendiri
Jika bukan kita siapa lagi?
Kita adalah pahlawan untuk diri sendiri
Satu Tanah
karya Jolin Jolicia (VIII-G)
Satu tanah, bersama berjuang
Satu tanah, tertetes keringat yang ribuan
Satu tanah, terasa semangat yang jutaan
Satu tanah, ratusan orang
Satu tanah, satu pahlawan untuk dikenang
Satu tanah itu, siapa tahu pahlawan tak terkenang?
Satu tanah, jutaan jasa
Satu tanah, sekarang hanyalah satu jasa
Satu tanah itu, siapa tahu jutaan jasa?
Satu tanah, siapa yang tahu?
Satu tanah, pahlawan yang beribu-ribu
Satu tanah, yang terkenang hanyalah satu
Pahlawanku engkaulah yang telah membela bangsa
Seorang pria yang gagah dan pemberani
Mengorbarkan segalanya untuk tanah air
Berjuang sekuat tenaga mengusir penjajah
Terima kasih wahai pahlawanku
Berkat engkau negri ini bebas dari segala penjajah
Kini kami hidup dengan aman dan damai
Berkat jasa jasa yang telah engkau berikan
Demi sang negri
Rela Kau pertaruhkan nyawamu
Tanpa sedikit rasa takut dan ragu
Demi membela bangsa ini
Pahlawanku begitu besar jasa-jasa yang engkau berikan
Jasa engkau tak akan dilupakan
engkau kan selalu ku kenang.
Karena engkaulah pahlawanku
Musim Hujan Telah Tiba
karya Rachel (IX-A)
Musim hujan telah tiba
Musim kemarau telah berlalu
Musim yang paling kutunggu-tunggu
Senangnya ketika hujan turun
Sejuknya udara ketika hujan
Membuatku merasa nyaman
Suara hujan yang merintik
Membuatku mengantuk
Hujan…
Cuaca yang datang setelah terik
Cuaca yang diawali dengan mendung
Cuaca yang tak selalu menguntungkan
Cuaca yang juga terkadang datang di saat yang tidak tepat
Cuaca yang membuat kita basah kuyup
Cuaca yang terkadang diiringi dengan suara petir yang menggelegar
Cuaca yang juga dapat membuat kita sakit
Tetapi…
Diakhiri dengan pelangi yang indah dan berwarna
Diakhiri dengan cuaca yang cerah
Hujan juga diakhiri dengan indah
Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan yang satu ini
Karena Dirimu
karya Jesslyne Wilisky (IX-D)
Kau tak tampak tapi dimengerti
Kau susah tuk sebuah arti
Tapi sungguh indah tuk diresapi
Bahagia karenamu
Selamanya bersamamu
Nyaman denganmu
Karenamu aku semangat
Karenamu aku giat
Karenamu aku kuat
Cinta denganmu aku bahagia
Pujaan hati
Indah wajahmu menghiasi hari
Senyum manismu meluluhkan hati
Hari demi hari terasa sepi
Bila tawamu tak mengiringi
Tetaplah menjadi pemenang hati
Karena bagiku kau begitu berarti
Jangan pernah berniat untuk pergi
Ataupun rasa untuk membenci
Karena aku ingin kau tetap di sini
Untuk menemani…
Menjaga hati yang telah kau kunci
Hampa
karya Fetoacia Tania (IX-H)
Di pertengahan malam yang gelap
Ku berdiam diri dalam keheningan dunia
Merasakan hawa kesepian
Yang selalu menghantui hati ini
Apakah ini dunia yang sebenarnya?
Dunia yang tidak bisa dirasakan kebahagiaan
Tidak peduli pagi atau malam
Selalu dipenuhi rindu yang mendalam
Inikah yang dimaksud dengan kepahitan dunia?
Hati terasa sakit setiap detik
Bahkan setiap waktu yang tak bisa usai
Aku lelah… Aku letih…
Apakah ini yang dimaksud dengan kegelapan dunia?
Tanpa ada cahaya sedikitpun yang kulalui
Seperti musim hujan yang begitu gelap
Aku sudah merasa puas dengan keadaan ini
Bisakah aku menerangi kembali kehidupan ini?
Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat
karya Fetoacia Tania (IX-H)
Teringat masa-masa sulit
Dimana kita semua menghadapi sebuah penyakit
Dengan melewati perihnya kenyataan ini
Itulah awal mula masa pandemi
Pengorbanan yang begitu sulit
Harus dengan tegar kami jalani
Dibantu dengan sebuah tekad yang kuat
Bahwa Indonesia mampu menghadapi
Hebatnya pahlawan kami
Dengan keberaniannya untuk memusnahkan penjajah ini
Merelakan dirinya berkorban nan lelah
Demi memulihkan negeri tercinta
Meskipun terluka dan penuh duka
Tetapi mereka tetap berjuang
Bagaikan tameng untuk negeri ini
Dengan tujuan membangkitkan negeri ini
Membalikkan semangat kepada negeri ini
Pahlawan
karya Chelva Yap (IX-E) dan Rachel (IX-A)
Pahlawan…
Pantang menyerah dalam perjuanganmu
Tegar dalam segala kepahitan
Keberanianmu melawan penjajah tanpa takut
Berkorban demi kemerdekaan Indonesia
Tanpa takut engkau berjuang
Dari negeri-nya penjajahan
Engkau bangkit tanpa lelah
Demi keadilan bagi bangsa
Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat
karya Jesslyn Goh (IX-G)
2 tahun kita diuji oleh pandemi
Para pendahulu kita, para pejuang, mereka menghadapi ujian yang datang dengan bertubi-tubi
Penderitaan yang tidak terukur sangat menyakiti hati
Tapi mereka tetap berjuang, bamgkit dan kemudian tegak berdiri
Keberanian yang menjadi modal besar untuk proklamasi
Saat ini, kita bangsa Indonesia dan bahwa seluruh dunia
Menghadapi wabah COVID-19 yang mengancam hajat hidup manusia
Namun, kita harus bangkit, berjuang dan berusaha dengan sekuat tenaga
Menghadapi cobaan dan kendala dalam hidup, penuh dengan upaya dan do’a
Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat
karya Sutanto (VIII-G) dan Justin (VIII-G)
Perjuangan…
Perjuangan para pejuang kemerdekaan
Tak mengenal rasa takut di medan perang
Tubuh yang penuh luka dan darah
Tubuh yang tertembak oleh senjata para penjajah
Menahan rasa sakit dan pulih dengan cepat
Jiwa semangat para perjuang selalu mengalir tanpa henti
Walau merasa lelah, mereka selalu bangkit demi kemerdekaan
Bermodalkan senjata seadanya untuk maju ke medan perang
Pengorbanan yang tak sia-sia untuk meraih kemerdekaan Indonesia
Perjuangan
karya Gytha (IX-D)
Ada apa dengan bambu runcing?
Bambu yang dulunya runcing kini sudah tumpul
Apakah karena perjuangan pahlawan telah dilupakan?
Ayo, kawan, semangat!
Jangan sampai perjuangan sang pahlawan sia-sia
Lihatlah pengabdian mereka kepada negara
Peperangan yang penuh duka, tangisan dan darah ini
Lihat! Lihatlah perjuangan pahlawan demi kemerdekaan kita!
Bendera merah putih yang dikibarkan saat ini memiliki masa lalu yang kelam
Sedih, perih, penderitaan semua dilakukan oleh sang pahlawan demi kemerdekaan ini
Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat
karya Fiorelia Priscilla (IX-G)
Hari dan hari menuju berbulanan
Makin tersakiti dan tersiksa kehendakmu
Tersayati kulitmu sebab penataan senjata
Terkikisnya hatimu melihat ratusan penumbangan
Walau tempat teredia
Tak pernah kau sadari keperluan beristirahat
Saking butanya engkau
Tuhan pun terpaksa menumbangimu
Alangkah kuatnya usahamu
Kebangkitan pun kini merasukimu
Sekarang pulihlah pahlawan kita
Demi meraih bendera merah putih yang elok nan bebas
Cinta (Ingkar Janji)
karya Fiona (IX-F) dan Eurexa (IX-H)
Pernah engkau bilang cerita kepadaku
Tetapi semua hanyalah omong kosongmu
Berjanji untuk menikahiku
Pada akhirnya kau mengingkar janjimu
Sekarang kau bilang rindu padaku?
Maaf aku sudah muak dengan kata-kata bualanmu
Dari awal yang aku tersipu malu dengan katamu
Sampai akhirnya aku benci
Senang Bertemu Denganmu
karya Jolin (VIII-G)
Senang bertemu denganmu
Kalimat yang memulai semuanya
Kalimat yang menjadi pembuka antara kita
Langit biru yang seolah melengkapi kisah kita
Tunggu, ini bukan lagi tentang kita
Ini sudah menjadi awalan baru antara aku dan kamu
Maka, pergilah, pergilah sejauh mungkin
Untuk mencari suka yang ada
Dan biarkanlah aku di sini dengan duka yang tertinggal
Kalimat yang sama tapi pada rasa yang tak sama
Maka kuucapkan masih dengan rasa yang sama
Senang bertemu denganmu
Karena Perhatianmu
karya Fetoacia Tania (IX-H)
Waktu pertama kali
Ku meamndang wajahmu
Bagaikan masa depan
Yang jatuh tepat di hatiku
Melihatmu yang sungguh pintar
Membuatku tertarik denganmu
Melihatmu yang sungguh perhatian
Berhasil meluluhkan hatiku
Menjalani hari dengan penuh sukacita
Dimanapun kita berada
Menjalani hari sambil memikirkanmu
Tak terasa hari lama berlalu
Namun sekarang…
Kau telah memilih jalan yang lain
Memilih berada di tempat yang lain
Yang bisa kuharapkan sekarang
Hanyalah melihatmu sukses di luar sana
Dan satu hal lagi…
Bisakah kuputarkan kembali seperti dulu?
Menari dengan Hujan
karya Jolin (VIII-G)
Katanya, setelah hujan akan ada pelangi
Katanya, sederas apapun hujan yang menerpa
Akan terdapat pelangi yang indah yang ujung
Lalu, di manakah pelangiku?
Dan ketika tubuh ini bersatu dengan rintik-rintik hujan
Aku sadar, pelangi itu masih lama
Dan ketika tubuh ini berputar mengikuti alunan rintik
Aku tahu apa yang harus kulakukan
Karena tiada yang akan lebih baik
Dari menari bersama sekumpulan rintik hujan
Menunggu pelangi yang tak akan pernah terlihat
Menunggu
karya Dhini (IX-F)
Andai waktu bisa kuputar kembali
Andai aku dapat mengerti perasaan ini
Andai saja…
Aku dapat mengerti arti dari perkataanmu
Namun…
Semuanya telah terlambat
Waktu tak dapat kuputar kembali
Aku akan menunggumu
Aku akan menunggu hingga engkau kembali
Tak peduli berapa lama
Aku akan selalu menunggu
Ingin ku melihat senyumanmu
Ingin ku mendengar suaramu
Sudah tak sabar ku bertemu denganmu
Walau begitu akan kumenunggumu sampai engkau kembali
Cinta
karya Rachel (IX-A)
Hati berdebar saat melirik dia
Malu untuk bertatapan
Berbunga-bunga saat berbicara dengannya
Setia menjaga perasaan
Tak ingin jauh darinya
Tak ingin ia pergi jauh
Namun ia tak mendengar isi hatiku
Hatiku yang tertuju padanya
Itulah perasaanku padanya
Bagaikan siput yang selalu di cangkangnya
Musim Hujan Pada Bulan Agustus
karya Fiorelia Priscilla (IX-G)
Duniaku hanya dibentangi 2 musim
Di saat dedaunan jatuh
Nan saat butiran air
Dicampur debu memandikan bumi
Ada saatnya uap pemilik disinari
Menjadikan langit dipenuhi warna
Elok melumuri sore indah
Duniaku hanya dihampar 2 perasaan
Di saat air mataku jatuh ke pipi kanan
Nan juga saat air mataku jatuh
Mengalir pipi bagian kiriku
Jarang saatnya mukaku diselubungi kebahagiaan
Sering pula ku dihampiri kesedihan
Bagaikan curah hujan yang mengikutiku
Selalu menyelimutiku dengan air
Kedinginan yang menyentuh buluk tubuhku
Tersakiti aku takkan terkubur dengan kesenangan
Lelah diri ini dengan prihatin berulang kali
Menyarikan hangat di tengah musim hujan
Hati ini meriang menjadi tertutup
Ku peluklah hujan